Postingan

Keutamaan Bulan Ramadhan dan Situasi Ramadhan saat Pandemi Covid-19

[TUGAS TAMBAHAN]           Di tengah situasi saat ini, ketika wabah Covdi-19 begitu masif dan sangat agresif, maka manusia perlu meningkatkan rasa aman dan juga keimanannya, sekaligus juga daya imunitasnya. Iman yang menghiasi jiwa manusia akan membuat hidup mereka tegar, apapun yang dihadapi. Di tengah mewabahnya Covid 19 setiap diri kita akan memaknai peristiwa ini sebagai hal yang harus kita maknai suatu musibah atau pun cobaan dari Allah SWT.       Pandemi mematikan tersebut tidak pandang bulu, siapapun orangnya (kaya atau miskin, muda ataupun tua, dan sebagainya) bisa tertular Covid-19. Karenanya, ibadah puasa di tengah wabah Covid-19 me-restart diri manusia agar merenung dan mengingat kembali kekuasaan Allah SWT. Sehebat apapun manusia berencana, Tuhanlah yang menentukan. Selain itu, kita berharap puasa di tengah pandemi tidak hanya mampu menumbuhkan kepekaan spiritual seseorang, namun juga kepekaan sosial. Wujud dari kepekaan sosial ialah sikap empati dan pro-sosial. Empati

Ibadah Mahdhah (Shalat) dan Pandemi Covid-19

        [TUGAS TAMBAHAN]        Saat ini, dunia sedang berperang menghadapi pandemi virus SARS-CoV-2  (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2)  yang menyebabkan penyakit Covid-19  (Coronavirus Disease 2019). V irus SARS-CoV-2 telah mewabah di 150 negara (teritori). Situasi ini terjadi hanya dalam waktu sekitar 2,5 bulan saja.  Oleh karena itu, WHO memutuskan untuk menetapkan kondisi pandemi, kondisi wabah yang paling gawat karena menunjukkan penyebaran yang sangat luas di seluruh dunia dan sangat cepatnya penyebaran dan penularan penyakit dari manusia ke manusia  (direct human-to-human transmission).         Di tengah situasi ini, terdapat seruan untuk menghindari dan mengurangi aktivitas-aktivitas pengumpulan massa karena kerumuman massa tersebut dinilai sebagai faktor risiko tinggi terjadinya penularan. Tentu saja, kondisi itu akan mempengaruhi aktivitas ibadah kaum muslimin, di antaranya adalah shalat jum’at dan shalat berjamaah di masjid. Bolehkah Meninggalkan

Manusia Makhluk Moral

       Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi makhluk sosial yang memiiki kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomatis, perlu suatu usaha yang disebut pendidikan. Menurut pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani (Slamet Sutrisno, 1983, 26). Perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang  (cultural backround of personality) Manusia  juga  disebut  sebagai  mahkluk  yang  bermoral. Dari segi  bahasa  Kata moral berasal dari bahasa latin “mos”(moris), yang berarti  adat  istiadat, kebiasaan, peraturan / nilai-nilai  atau tata cara kehidupan.  Moral  merupakan  aturan  berperilaku  tentang  sesuatu  yang boleh  dan

Manusia dan Media

      Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.       Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.       Bagi seorang muslim, dia harus sadar bahwa dasar-dasar filosofis pengembangan ilmu dan teknologi telah terjawab dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang turun 1400 tahun yang lalu, sehingga dalam setiap perubahan zaman seperti apapun dia tidak pernah kehilangan pijakan dasar untuk menentukan sikap, termasuk ledakan perkembangan teknologi seperti hari ini. Mirisnya penggunaan media sosial sekarang ini banyak yang menyimpang dan digunakan untuk menebar fitnah justru tidak akan membawa manfaat. Banyak pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan keburukan orang lain sebagai modal awal menja