5.3 Manusia Makhluk Siyasah dan Hubungan Horizontal Manusia-Alam

Kata siyasah secara etimologis merupakan bentuk masdar dari sasa, yasusu yang artinya “mengatur, mengurus, mengemudikan, memimpin dan memerintah”. Di samping arti tersebut kata siyasah juga berarti “politik dan penetapan suatu bentuk kebijakan”. Kata sasa bersinonim dengan kata dabbara (mengatur), to lead (memimpin), to govern (memerintah), dan policy of government (kebijakan pemerintah).

Selain itu, menurut Ibnu Mansur (ahli bahasa di mesir ) siyasah berarti mengatur sesuatu dengan cara membawa kepada kemaslahatan. Sedangkan menurut Abdul Wahhab Khalaf siyasah adalah undang-undang yang dibuat untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta untuk mengatur berbagai hal. Adapun menurut Abdurrahman, siyasah adalah hukum dan kebijakan yang mengatur berbagai urusan umat atau masyarakat dalam hal pemerintahan hukum dan peradilan, lembaga pelaksanaan dan administrasi dan hubungan luar dengan negara lain. Dari ketiga definisi di atas dapat di simpulkan bahwa fikih siyasah adalah suatu konsep yang berguna untuk mengatur hukum ketatanegaraan dalam bangsa dan negara yang bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dan mencegah kemudharatan.


      Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang yang selalu memiliki ketergantungan, bahkan sejak ia masih berupa segumpal darah dalam rahim seorang wanita. Hal ini tergambar dari wahyu pertama ayat kedua yang diterima oleh Nabi. Sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shihab bahwa makna dari khalaqal insana min ‘alaq bukan saja diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal darah” atau sesuatu yang berdempet di dinding rahim”,  tetapi dapat dipahami juga sebagai “diciptakan dinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup sendiri”. Jadi mnusia akan slalu bergantung pada segala apa yang ada disekitarnya.
Dalam dunia sosial masyarakat, manusia memiliki tingkat kecerdasan, kemampuan dan status sosial yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini juga tergambar dalam Q. s.al Zukhruf 43:32

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَ
يْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.( Q.S .al Zukhruf 43:32)

Allah menurunkan Al-Quran kepada umat manusia sebagai petunjuk kepada seluruh umat manusia agar tercipta kedamaian dan tata kehidupan yang harmonis antara satu dengan yang lainnya. Dalam tatanan suatu Negara pasti terdapat hukum dan undang-undang yang telah disahkan oleh pemerintah Negara tersebut. Akan tetapi dalam membuat atau menggunakan hukum beserta peraturan yang lain harus berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang sangat penting dengan realita Negara tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap Negara pasti memeiliki peraturan yang berbeda dengan Negara yang lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam membuat hukum dan peraturan tidak semena-mena tanpa melakukan pertimbangan.


      Dalam Alquran, kita disebutkan sebagai makhluk politik disebabkan sebuah alasan bahwa Allah SWT menghadirkan kita di atas punggung bumi ini sebagai wakil-Nya atau sebagai khalifah-Nya yang bertugas mengatur dan memakmurkan bumi ini. Kita terlahir dengan titipan misi langit nan agung yang harus kita semaikan di atas muka bumi agar tumbuh menjadi pohon kehidupan yang indah. Supaya siapapun manusia akan merasakan indahnya kehidupan ini dengan menjalankan kehendak-kehendak Allah.

      Adakah makna tertinggi dari fungsi politik yang diwakilkan dengan kata khalifah? Itulah kata yang merangkum semua derivat kata politik dan fungsinya di atas muka bumi ini. Jadi, memisahkan Islam dari kegiatan politik hanyalah kesia-siaan, seperti sulitnya kita memisahkan rasa dingin dari saljunya dan memisahkan rasa panas dari mataharinya.

      Islam secara tegas menyuruh ummatnya memiliki salah satu kualifikasi manusia peradaban sebagai manusia politik, yaitu politik yang berketuhanan atau dalam istilah lain: siyasah syar'iyah.
Allah adalah Maha sempurna, karenanya agama ini adalah kumpulan nilai kesempurnaan sebagai panduan dari langit untuk hidup di atas bumi. Namun disitulah letak masalahnya, kita bukan makhluk yang sempurna, kita bukanlah perangkat yang selalu stabil dengan tujuan dan agenda itu sendiri.


Sesungguhnya alam diciptakan untuk Manusia, manusia dapat hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan bumi yang ada pada posisi sekarang. Pemikiran yang murni yang berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka dapat dengan mudah memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah yang semuanya diperuntukkan pada manusia. Alam semesta diciptakan oleh Allah jauh sebelum manusia pertama (Nabi Adam) diciptakan. Alam semesta diciptakan dengan tatanan yang sangat rapi, teratur, serasi, dan seimbang. Ketika satu tatanan dirusak, maka secara sunnatullah, sistem alam akan bekerja untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu karena kerusakan tersebut.   
Lalu hubungan manusia dengan alam seperti dalam firman Allah “Tidaklah kamu perhatikansesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumu dan menyempurnakan nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang member penerangan.” (Surah Lukman : 20). Dari ayat tersebut, kita bisa memahami ternyata seluruh alam semesta dengan semua bentuk keteraturannya dan hukum-hukum yang berlaku kemudian diserahkan pada manusia untuk dikelola dan di manfaatkan. Manusia yang merupakan bagian dari alam semesta itu sendiri kemudian diberi wewenang dan kepercayaan untuk mengelola alam semeta. Manusia kemudian diberi kedudukan istimewa yakni sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.

                  https://nandasulaeman.blogspot.com/

Postingan populer dari blog ini

Manusia Makhluk Moral

Tugas 6: Pola Hubungan Vertikal Makhluk-Khalik

Manusia Makhluk Budaya