Manusia dan Teknologi

      Pada era ilmu dan teknologi, manusia dilukiskan juga dengan dua sisi yaitu: Pertama gabungan benak dengan lidah, yakni ide yang dirumuskan dengan benar, sedang yang kedua adalah karya yang dapat dimanfaatkan dari hasil rumusan sisi pertama itu.
      Sisi pertama mahal dan amat berharga itulah teknologi dan sisi kedua adalah produk/alat yang hakikatnya amat murah walau sering kali dinilai amat mahal bahkan lebih mahal daripada manusia. Sekali lagi, sisi pertama amat mahal, karena itu dunia Barat yang unggul dalam bidang ini sering kali enggan menjualnya, apalagi memberinya secara cuma-cuma kepada dunia ketiga, yang mereka jual dengan mahal adalah sisi kedua itu. Sikap  mereka itu menjadikan manusia hanya berkisar pada kegiatan mendukung ide dan memanfaatkan alat demi kenyamanan hidup.  Manusia di sini dinilai dengan alat dan pemanfaatnya, bukan selain itu.
      Pada abad ke VIII samapi dengan abad ke XIII islam islam pernah berjaya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya. Ini dibuktikan dengan banyaknya ilmuwan-ilmuwan islam yang terkenal tulisannya pada masa itu, misalnya dalam bidang astronomi, al-Battn (Albategnius) dapat menghasilkan tabel-tabel astronomi yang sangat akurat pada sekitar tahun 900 M, selain dalam bidang astronomi, dalam bidang kedokteranpun ada Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya al-Razi atau Rhazes (250-313 H/864-925 M atau 320 H/932 M) , Ibn Sn atau Avicenna (1037 M), Ibn Rushd atau Averroes (1126-1198 M), Ab al-Qsim al-Zahrw (Abulcasis), dan Ibn uhr atau Avenzoar (1161 M).
      Al-w karya al-Rz yang merupakan ahli dalam bidang kedokteran pada masanya, dan masih banyak ilmuwan-ilmuwan hebat islam lainnya, yang sangat berkompeten dibidang teknologi. Selain itu juga, pada jaman kejayaan islma, para cendekiawan muslim sangat di segani dan di hormatkan masyarakatnya, bahkan mereka diberi gelatr muhandis. Muhandis adalah kata dari bahasa arab, artinya kurang lebih sama lah dengan "Engineer" atau "Insinyur". Dengan adanya hal tersbeut, membuktikan bahwa perkebangan teknologi bukan merupakan hal yang baru dalam dunia islam.
      Dalam islam sendiri, alquran tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern, justru islam sangat mendukung kemajuan umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen dalam bidang apapun termasuk dalam bidang teknologi. Bagi islam, teknologi merupakan bagian dari ayat-ayat allah yang perlu kita gali dan kita cari kebenarannya, misalnya dalam ayat alquran dibawah ini.
      Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).
      Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa semua yang ada dilangit dan bumi yang penuh misteri ini dapat kita mencari tahu kebenarannya dengan melakukan penelitian-penelitian yang kita lakukan. Dengan kita sebagai umat islam melakukan penenlitian tersebut diharapkan dapat membantu kita dalam mencari kemudahan hidup baik didunia maupun diakhirat dalam bidang apapun termasuk teknologi. Selain banyak memuat tentang pentingnya pengembangan sains, Alquran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan wawasan berpikir sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam agar potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi keselarasan alam dan manusia. 
      Kalau merujuk pada al-Qur’an, kita  menemukan banyak istilah yang mengacu maknanya kepada penciptaan dan kreasi baru yang lahir dari satu ide dan untuk tujuan tertentu. Salah satu di antara istilah tersebut adalah sakhkhara yang secara harfiah berarti menundukkan.  QS. al-Jâtsiyah [45]: 13 menyatakan bahwa,  “Apa  yang  di langit dan di bumi semuanya ditundukkan Allah untuk manusia.” Dengan potensi ilmu yang dianugerahkan Allah bersama penundukan yang dilakukan-Nya, manusia mampu meraih dengan mudah segala sesuatu yang terbentang di alam raya melalui keahlian di bidang teknik atau dengan kata lain, teknologi dan alat-alat yang dihasilkannya.
      Dengan demikian, Islam mendukung pengembangan ilmu dan teknologi, tetapi ada dua hal pokok yang digarisbawahinya. Pertama: Harus selalu diingat bahwa yang “menundukkan” bukan manusia, tetapi Allah. Manusia dan alam raya semuanya di bawah kekuasaan-Nya dan Dia pula—bukan selain-Nya—yang menghubungkan partikel-partikel kecil sampai dengan yang terbesar, satu dengan  yang lain dari seluruh bagian jagat raya ini. Karena itu, jangan pernah merasa bahwa keberhasilan yang diraih tanpa bantuan Allah, dan  jangan  juga tunduk diperhamba oleh hasil-hasil Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) karena jika demikian terjadi pemutarbalikan kedudukan. Bukankah alam raya ditundukkan Allah buat manusia, bukannya manusia yang tunduk kepada alam?
      Kedua: Hasil yang diraih harus  bermanfaat, bukan yang membahayakan. Jangan sampai manusia menjadi seperti kepompong yang membahayakan dirinya sendiri karena “kepandaiannya terbang”. Ini diingatkan-Nya karena QS. Yûnus [10]: 24 melukiskan bahwa satu ketika hasil-hasil teknologi akan menjadikan manusia lengah dan merasa mampu melakukan segala sesuatu, “Apabila bumi telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan penduduknya  menduga bahwa mereka telah mampu menguasainya, ketika itu secara tiba-tiba datanglah siksa Allah.”
      Tanda-tanda perkembangan Iptek menunjuk ke arah tersebut. Bahkan kini banyak yang melengahkan manusia dan menjadikannya melupakan Tuhan dan jati dirinya, bahkan membahayakannya. Memang kalau kehidupan hanya dinilai sebagai upaya menundukkan alam guna menciptakan kenyamanan hidup semata-mata atau menghalangi bencana alam sehingga manusia merasa bahwa Iptek dapat mengalahkan kekuatan Allah maka ketika itu jatuhlah palu godam ketetapan-Nya. Kewajiban kita menciptakan dan menggunakan  teknologi yang seiring dengan nilai-nilai Ilahi, yang memadukan kenyamanan akal, ruhani, dan jasmani; pikir, zikir dan jasad; iman, ilmu, dan hikmah. Teknologi yang demikianlah yang direstui-Nya. Demikian, wa Allâh A’lam.


Referensi:
Admin quraishshihab. 2014. Islam dan Teknologi. http://quraishshihab.com/
Alfi Ubaidillah. 2018. Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi. https://www.kompasiana.com/
Siti MegaMurdiana. 2018. Teknologi dan Perkembangannya dalam Pandangan Islam. https://www.kompasiana.com/

Postingan populer dari blog ini

Manusia Makhluk Moral

Tugas 6: Pola Hubungan Vertikal Makhluk-Khalik

Manusia Makhluk Budaya