Manusia Makhluk Budaya

      Hakikat manusia harus dipandang secara utuh, manusia merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna, karena ia dibekali akal budi. Manusia memiliki harkat dan derajad yang tinggi. Harkat adalah nilai sedangkan derajat adalah kedudukan. Pandangan demikian berlandaskan pada ajaran agama yang diyakini oleh manusia sendiri.

      Contoh dalam ajaran agama islam surah At-tin ayat 4 dikatakan:

      "sesungguhnya kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."


      Makna keislaman berarti kita hidup di dunia ini harus memahami prinsip rukun islam dan satu pun diantara rukun itu tak boleh di abaikan dengan prinsip rukun inilah kita menjalani kehidupan sepanjang umur dan menutup kehidupan dengan husnul khatimah selaku seorang muslim yang taat menjalankan kelima rukun islam itu. Dalam wacana ilmu sosial dan budaya, manusia adalah makhluk budaya. Wujud budaya itu pada manusia berupa ide, perilaku (perbuatan) dan karya (artifak). Mencakup juga dalam pengertian yang lain kebudayaan itu adalah hasil daya cipta, rasa,dan karsa yang berupa kehendak dan perbuatan manusia.
      Sejalan dengan itu seorang mukmin selaku makhluk budaya, ia memiliki ide-ide besar dan mendasar yang menentukan prilakunya dan menghasilkan karya-karya perbuatannya. Ide besarnya ialah dengan memperhatikan alam semesta dan ditambah oleh proses pemahaman dan pembelajaran yang di alaminya dalam kehidupan, sampailah ia kepada sebuah ide bahwa alam semesta termasuk dirinya adalah ciptaan dari Allah.
      Kemudian dia merasa dirinya adalah makhluk lemah yang tak berdaya menghadapi alam ini berhubung ia telah sampai kepada keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa dengan melihat kesempurnaan ciptaanNya di alam semesta, maka ia menaruh rasa kepercayaan yang tinggi dan rasa hormat yang tak dapat diragukan lagi bahwa dia akan mampu mengatasi kelemahannya hanya melalui permohonan bantuan dan yang maha kuasa untuk memberdayakan dirinya agar menjadi makhluk yang memiliki sumber daya manusia yang handal dan tangguh.
      Melalui pembacaan dan pemahaman tentang ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi ditambah perintah dan Al-Quran yang memberi petunjuk kepadanya bahwa A1-Qur’an sebagai satu-satunya petunjuk kebenaran yang tak dapat diragukan lagi adalah membangun keimanan kepada Allah dalam bentuk seperangkat rukun iman yang dengan keyakinan prinsip rukun iman itu dapat meluruskan sikap hidup manusia dan mampu mengarahkan tingkah lakunya (sebagai wujud kebudayaan yang ke dua yaitu tingkah laku). Pelurusan tingkah laku inilah yang menjadi dasar untuk melahirkan karya-karya (amal saleh) yang berguna bagi keselamatan hidup.
      Untuk mewujudkan sikap yang lurus inilah kita diperintahkan untuk bermohon dan memotivasi diri agar menjadi seorang yang selalu berupaya meluruskan sikap hidup kita sesuai dengan rambu norma syariah Islam. Itulah yang dilakukan setiap muslim sebanyak 17 kali harus membacakan ayat ihdinna sirratal mustaqim selama 24 jam setiap hari. Apabila ide keagungan Allah dan Maha KuasaNya telah terpatri dalam hati yang menimbulkan rasa keyakinan yang kokoh terhadap semua rukun iman yang ada maka akan lahirlah sebuah kehendak (karsa manusia) untuk bertindak dalam prilaku sehari-hari.
      Artinya iman tak cukup terpendam di dalam hati semata tapi wajib di ekspresikan dalam ucapan komunikasi antar manusia dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan bila tidak demikian maka disebut imannya dalam status sangat lemah yang tak berdaya memotivasinya untuk dapat diaplikašikan dalam kehidupan (sebahagian ulama mengategorikan hal ini sebagai sifat munafik).
      Mengenai wujud kebudayaan yang namanya prilaku atau perbuatan menurut islam ide keimanan yang menimbulkan rasa ingin berbuat dengan penuh keyakinan harus diaplikasikan secara nyata untuk dapat melahirkan tingkah laku yang sesuai keimanan, maka diperlukan ritual ibadah untuk memperkokoh rasa iman seperti ibadah solat, puasa, zakat, haji, tilawal dan tadabur A1-Qur’an sebagaimana dalam surat Al-Anfal (2-4):
      “…sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nàma Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertaqwa akal (yaitu orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka). Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia “.
      "Hai orang-orang  yang beriman bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar
taqwa kepadaNya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama islam." (Q.S,AlImran(2):102).
      Ayat diatas adalah seruan kepada orang beriman agar mereka selalu membangun rasa ketaqwaan dan memprosesnya sampai dapat mencapai tingkat ketaqwaan yang sebenarnya dan ketaqwaan itu harus selalu diproses pada dirinya selama hidupnya dan diperintahkan agar menjalani hidup selama hayat di kandung badan sebagai seorang muslim yang sejati.
      Ayat diatas memiliki 3 kata kunci Keimanan, Ketaqwaan, dan Islaman.
Mengenai pengertian iman adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang sangat kuat yang terpatri di dalam hati, tersembul dinyatakan dalam lisan/kata kata/ucapan (komunikasi verbal) dan keyakinan tersebut mampu memotivasi dirinya untuk mengaplikasikan ide-ide yang diyakininya itu dalam perbuatan tingkah laku sehari-hari. Ketaqwaan merupakan suatu sikap hidup yang berlandaskan rasa iman kepada Allah yang menjadikan dirinya dikuasai oleh perasaan penuh rasa takut,was-was yang menimbulkan keinginan untuk selalu menjaga diri dan memelihara tingkah lakunya untuk senantiasa berbuat dan bertindak sesuai dengan perintah Allah yaitu penuh rasa ketaatan untuk mengerjakan segala perintah Allah apapun yang dipikirkan dan dikerjakannya harus sesuai dengan norma-norma syariat Allah dan penuh rasa takut dan khawatir melanggar syariatnya agar dirinya terselamatkan dalam kehidupan dunia dan memperoleh jalan lempang menuju ke surga.
Referensi:
Admin. 2016. Islam memperadab Manusia Sebagai Makhluk Budaya. http://pusatislam.uma.ac.id/
M Chairul Basrun Umanailo. 2014. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya, Beretika, dan berestetika. https://www.researchgate.net/
Hakikat manusia harus dipandang secara utuh,
manusia merupakan makhluk tuhan yang paling
sempurna, karena ia dibekali akal budi. Manusia memiliki
harkat dan derajad yang tinggi. Harkat adalah nilai
sedangkan derajat adalah kedudukan. Pandangan
demikian berlandaskan pada ajaran agama yang
diyakini oleh manusia sendiri. Contoh dalam ajaran
agama islam surah At-tin ayat 4 dikatakan
‘sesungguhnya kami (Allah) telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Postingan populer dari blog ini

Manusia Makhluk Moral

Tugas 6: Pola Hubungan Vertikal Makhluk-Khalik